Membangun Budaya Knowledge Sharing untuk Keberlanjutan Organisasi

Penulis: Hilda Ratu H.

Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam membangun budaya knowledge sharing atau transfer pengetahuan melalui rutinitas mingguan yang disebut Diskusi Rabuan. Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas terkait sumber daya manusia, Konsil LSM Indonesia mengakui bahwa transfer pengetahuan bukanlah tanggung jawab tunggal individu, tetapi sebuah kewajiban kolektif untuk memastikan bahwa pengetahuan yang dimiliki tidak hanya tinggal di satu pihak, tetapi juga tersebar merata di seluruh organisasi.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Konsil LSM Indonesia adalah mengintegrasikan knowledge sharing sebagai agenda rutin dalam kegiatan internal mereka. Diskusi Rabuan menjadi wadah bagi semua anggota organisasi, termasuk anak magang, untuk saling membagikan dan menerima pengetahuan. Momen ini memberikan kesempatan bagi setiap anggota untuk membawakan diskusi dengan tema-tema strategis yang bebas dipilih sehingga menciptakan platform yang inklusif dan demokratis.

Diskusi Rabuan merupakan momen knowledge sharing yang sangat berharga. Beberapa topik yang telah didiskusikan di antaranya yaitu Pengetahuan Dasar mengenai Akuntabilitas LSM, Kolaborasi OMS dengan Pemerintah sebagai Upaya Memenuhi Kepentingan Publik, Visibilitas Informasi Publik Konsil LSM Indonesia pada Ranah Digital,  Pengaruh Transparansi Keuangan Lembaga, Pengaruh SDM pada Akuntabilitas LSM khususnya Transparansi, Pengaruh Akuntabilitas LSM/OMS terhadap Pelaksanaan Swakelola Tipe 3: Studi Kasus LSM SuaR Indonesia dengan Bappeda Kediri, dan Progres yang dilakukan oleh Konsil LSM Indonesia meliputi Kajian Rencana Aksi Nasional, Kajian SIRUP dan tantangan OMS, serta topik-topik menarik mengenai LSM lainnya.

Knowledge sharing atau transfer pengetahuan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam organisasi LSM. Hal ini karena beberapa alasan berikut: Pertama, meningkatkan kapasitas. Transfer pengetahuan membantu staf dan anggota LSM memahami lebih baik tentang berbagai program yang sedang dikerjakan dan  acara-acara yang dihadiri terkait LSM. Hal ini akan memperkuat kapasitas mereka dalam menjalankan tugas dalam mencapai tujuan organisasi; Kedua, untuk mengurangi ketimpangan pengetahuan. Jika transfer pengetahuan dianggap sebagai kegiatan rutin, maka ketimpangan pengetahuan di OMS/LSM dapat diatasi. Hal ini akan memastikan bahwa semua anggota LSM memiliki wawasan yang sama tentang program dan acara yang sedang berlangsung; Ketiga, membangun kerja sama, transfer pengetahuan juga membantu dalam membangun kerja sama yang lebih baik di antara anggota LSM. Dengan informasi yang sama, semua anggota dapat bekerja sama dengan lebih efektif dan efisien. 

Dengan mengimplementasikan knowledge sharing secara rutin, Konsil LSM Indonesia dapat memastikan bahwa semua anggota LSM memiliki wawasan yang sama tentang proyek dan agenda yang sedang dilaksanakan. Selain itu, pendekatan ini juga akan membantu dalam membangun kerja sama yang lebih baik di antara anggota LSM dan mengurangi ketimpangan pengetahuan di OMS/LSM.

Share this article

Berita Lainnya

Related articles