BerandaBerita UmumCreating Shared Value Forum 2014 Serukan Jaga Kelestarian Lingkungan

Creating Shared Value Forum 2014 Serukan Jaga Kelestarian Lingkungan

Creating Shared Value Forum 2014
Creating Shared Value Forum 2014

Jakarta – Nestle mengajak semua pihak bekerja sama dan bahu-membahu menjaga kelestarian lingkungan, antara lain dengan menjalankan praktik pertanian berkelanjutan dan pelestarian air.

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur Nestle Indonesia, Arshad Chaudhry dalam diskusi bertajuk “Creating Shared Value (CSV) Forum 2014” di Jakarta, Selasa (18/2).

“Kami menyadari upaya pelestarian lingkungan sudah dilakukan dengan baik di Indonesia. Namun hal tersebut tidak cukup untuk menyokong pertumbuhan negara dalam beberapa tahun ke depan. Tantangan tersebut hanya bisa dihadapi jika semua pemangku kepentingan saling bahu-membahu dan melakukan tindakan nyata. Tidak ada pihak mana pun yang mampu mengatasi masalah tersebut sendirian. Sebuah upaya bersama untuk mencapai keberlanjutan adalah solusinya,” kata Arshad.

Dikatakan, saat ini sudah banyak perusahaan yang menyadari dan melakukan praktik-praktik berkelanjutan, tetapi sulit dikembangkan dalam skala yang lebih besar.

“Kami percaya, agar perusahaan dapat sukses dan menciptakan manfaat untuk para pemegang saham, perusahaan perlu menciptakan manfaat bagi masyarakat. Inilah yang kami maksudkan dengan menciptakan manfaat bersama atau creating shared value. Ini telah menjadi salah satu hal mendasar bagi Nestle dalam melakukan kegiatan bisnis selama 147 tahun terakhir. Dalam jangka panjang, masyarakat yang sehat, ekonomi yang sehat, dan prestasi perusahaan yang sehat akan saling memengaruhi,” ujar Arshad.

Panel pertama dalam diskusi tersebut membahas pentingnya praktik-praktik pertanian berkelanjutan bagi pembangunan perdesaan. Peningkatan produktivitas dan kualitas produksi dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan petani, sekaligus meningkatkan kegiatan perekonomian di perdesaan.

Hingga 2012, Nestle telah bekerja sama dengan 50.000 petani susu, kopi, dan kakao, dengan memberikan bantuan teknis maupun finansial sehingga mereka dapat memanfaatkan lahan, air, pupuk dan pestisida dengan cara-cara yang tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Sedangkan, panel kedua menekankan pelestarian air dan mengatasi permasalahan air global. “Kami berkomitmen menjaga keberlanjutan air di sepanjang mata rantai usaha kami dengan cara menghemat penggunaan air, mengelola kualitas air limbah, dan secara aktif mencari berbagai cara dan usaha untuk melestarikan air. Upaya ini berhasil menurunkan penggunaan air sekitar 13 persen produksi per ton pada 2010 hingga 2012. Teknologi yang digunakan juga memungkinkan kami menggunakan kembali air untuk membersihkan alat dan menyalurkan air limbah untuk mengairi sawah di sekitar area pabrik,” kata Arshad Chaudhry.

Dukungan lainnya dibuktikan melalui keterlibatan perusahaan dalam CEO Water Mandate Working Group of the UN Global Compact-Indonesia Network. Para karyawan ikut membuat lubang biopori dan menanam ribuan pohon untuk penyerapan air hujan yang lebih baik. “Sangat penting bagi kami untuk membantu masyarakat mendapatkan akses air bersih melalui kegiatan menciptakan manfaat bersama (creating shared value) dan pada saat yang bersamaan menciptakan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan air,” ujar Arshad.

Sementara itu, President Indonesia Global Compact Network (IGCN) YW Junardy menyatakan setiap tahun pasokan air bersih menurun hingga 15 sampai 35 persen per kapita. Menurut USAID, hampir 100 persen dari sumber daya air di Indonesia telah terkontaminasi bakteri E coli dan Coliform. “Target dari Tujuan-tujuan Pembangunan Millenium adalah agar 68 persen penduduk Indonesia memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi kesehatan pada tahun 2015, sementara saat ini baru 52 persen yang memiliki akses tersebut,” katanya.

Sedangkan, John Elkington, pakar terkemuka di bidang tanggung jawab perusahaan dan pembangunan berkelanjutan mengatakan,”Kita semua tentu sadar bahwa perekonomian global telah mendekati batas ketersediaan sumber daya alam, sementara populasi dunia terus tumbuh berlipat-lipat. Cara terbaik untuk menyikapinya adalah dengan bersama-sama mengambil langkah besar menuju tatanan ekonomi baru yang menggabungkan aspek lingkungan, sosial, dan pemerintah, melalui model bisnis berkelanjutan.”

Dicuplik dari beritasatu.com

Baca Lainnya

Anggota Kami

Yayasan BITRA Indonesia (Bina Keterampilan Pedesaan)

Jl. Bahagia by Pass, No. 11/35, Medan, Sudirejo 1, 20218

Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)

Jl. Pangkalan Jati No. 71 Cinere Depok

Artikel Terkait

Kelemahan Aparat Penegak Hukum dalam Implementasi UU PKDRT

Penulis: Nadia RosdiantiSelama kurang lebih 20 tahun, Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 23 Tahun...

RUU Penyiaran dan Kebebasan Pers di Indonesia

Belakangan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyiaran menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Hal ini dipicu oleh...

Penting! Advokasi di Swakelola Tipe III

Jakarta (10/1/2024). Advokasi menjadi bagian yang sangat penting ketika para OMS sudah mengawal dari...

Ini Hasil Survey Organisasi Masyarakat Sipil di 35 Provinsi

(Eksistensi organisasi mengacu kepada prasyarat dasar organisasi seperti legalitas, struktur, laporan keuangan dan kegiatan)Liputan6.com,...