25 November diperingati sebagai Hari Internasional untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan. Di Indonesia kekerasan terhadap perempuan masih dan terus terjadi. Di tahun 2016 ini, kekerasan terhadap perempuan beberapa kali mendapatkan perhatian masyarakat dengan salah satunya ketika terjadi kekerasan terhadap YY yang berujung pada kematian
Mengutip investigasi yang dilakukan ABC (Kate Walton), dimana di Indonesia kekerasan terhadap perempuan juga dilakukan oleh partner mereka (kekerasan domestik). Berdasarkan risetnya melalui berbagai berita setidaknya ada 154 perempuan yang menjadi korban kekerasan berujung kematian. Tahun lalu lebih dari 316,000 mengalami kekerasan domestik. Permasalahan lainnya adalah tidak ada data dokumentasi yang jelas tentang jumlah kasus yang terjadi di Indonesia. Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dianggap sebagai suatu hal yang tabu dan jarang sekali dilaporkan kepada pihak polisi. Tidak hanya itu, ketika dilaporkan sebagai suatu kasus kepada polisi, kerap kali dilihat sebagai permasalahan domestik dan hanya diminta untuk berdamai.
Untuk menghentikan terjadinya kekerasan terhadap perempuan diperlukan usaha dari semua pihak, termasuk laki-laki. Risya Kori, ahli kesetaraan gender di UN Population Fund Indonesia mengatakan bahwa melibatkan laki-laki dalam menghentikan kekerasan terhadap perempuan dapat menimbulkan efek positif. Aliansi Laki-laki Baru merupakan salah satu inisatif dari banyak inisiatif di dunia yang melibatkan laki-aki sebagai ‘agen perubahan’ dalam isu ini. Dalam satu sesi pelatihan, Fajar Zakhri (24) mengatakan bahwa hak-hak perempuan adalah ‘perhatian bagi semua orang” dimana dia mengharapkan lebih banyak laki-laki yang akan memperjuangkan isu ini.
“Jika saya bisa merubah satu orang, itu sudah merupakan kesuksesan. Saya tidak bisa mengubah dunia, tetapi semua orang dapat berkontribusi untuk sesuatu yang lebih baik”
Dari 25 November sampai 10 November (Hari Hak Asasi Manusia) merupakan inisatif Kampanye 16 Hari melawan Kekerasan Berbasis Gender. Kampanye Internasional ini berawal dari Women’s Global Leadership Institute dibawah koordinasi Center for Women’s Global Leadership in 1991.
Pada tahun 2016, kampanye ini mengedepankan kebutuhan tentang perlunya pendanaan yang berkelanjutan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan demi tercapainya Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
25th of November is the International Day for the Elimination of Violence against Women. In Indonesia tge violence against women keep happening, day to day. This year, one of the case the get society very concerned is abouth the violence to YY that end with death.
Based on the investigation from ABC Australia (Kate Walton), in Indonesia this year at least 154 women are believed to have been violently killed, most commonly by their husbands and partners. Last year more than 316,000 experienced domestic violence. he problem is the figures are not precise and are very likely to be an underestimate. Indonesia does not have any consistent or official way of documenting cases of a crime so taboo that women rarely even go to the police to report it. “When a case reaches the police, it is as if the woman has made a report to a local neighborhood leader, it is considered a domestic matter, and often she is asked to make peace.”
To end all the violence against women, there are need everyone effort-including men. Risya Kori, a gender equality expert from the Indonesian office of the U.N. Population Fund, one of the U.N. agencies which sponsored the 2013 study, said involving men in the fight to end violence against women would have “positive effects”. The New Men’s Alliance initiative is one of many around the world aimed at engaging boys and men to tackle violence against women, that used to be branded “effeminate” for speaking up on women’s issues but the tide is turning slowly, as more men seek to become “agents of change”.
At one of its monthly training sessions in the capital Jakarta, 24-year-old Fajar Zakhri was among a group of young men learning about topics including gender-based violence. Raised by a single mother, Zakhri said women’s rights “concern everyone” and said he hoped more men would speak up.
“If I can change one person, then it’s a success already,” said the freelance translator. “I can’t change the world on my own but everyone can contribute a little something.”
From 25 November, the International Day for the Elimination of Violence against Women, to 10 December, Human Rights Day, the 16 Days of Activism against Gender-Based Violence Campaign is a time to galvanize action to end violence against women and girls around the world. The international campaign originated from the first Women’s Global Leadership Institute coordinated by the Center for Women’s Global Leadership in 1991.
In 2016, the UNiTE campaign strongly emphasizes the need for sustainable financing for efforts to end violence against women and girls towards the fulfilment of the 2030 Agenda for Sustainable Development.
– See more at: