Jakarta – Between May 31st – June 3rd, 2016, the Indonesian NGO Council held a Workshop on Orientation and Program Planning for members from North Sumatra and East Java. The workshop, which was supported by the Ford Foundation focused on developing partnerships, via Coporate Social Responsibility (CSR) programs, between Accountable NGOs, Companies and the Government. The background of the workshop is that the majority of CSR programs that exist today, are in the form of charity and didn’t have significant impact on the eradication of poverty and reduction of environmental degradation.
The program will be implemented as a pilot project in, North Sumatera and East Java. The duration for the program is one year and a half, starting from June 2016 to December 2017. In the workshop, the participants were given a variety of materials and h discussed the technical aspects of the program and other issues that are associated with the program later.
The technical preparation for the program in each region involved the participants formulating the outcomes, outputs, indicators, activities, monitoring and evaluation systems as well as the program timeline. The participants were also given variety of resources that can support them to implement the program successfully.
Firstly, the participants received information about the concept of DSR (Domestic Support Raising). In the concept of DSR, the participants understood how to build the network and do the pitching with other stake-holder. The participants also discussed the difference between the DSR and fundraising activites. The focus of fundraising is more-likely funds but in the DSR it can be getting any forms of support from the local actors.
Secondly, the participants also had a warm discussions with Mr. Agung Pambudhi from APINDO. He shared the corporate perspective towards the CSR program, so in that way the participants understand the strategy they can use to establish a good partnership.
Lastly, the participants were having little reminder about cross-cutting issues that realted to Konsil LSM’s Code of Ethics. The issues of gender, environment, children and person with disabilitiies were discussed. These issues should be considered in every step of the program implementation.
To conclude, the workshop brouught the participants skills to a more advanced level to develop partnerships with other stake-holders. The techinical preparation for program implementation demonstrated the commitment necessary to make this program succesfull in reaching the target. Hopefully the workshop will bring success in each region for the program’s implementation later.
Jakarta – Pada tanggal 31 Mei – 3 Juni 2016, Konsil LSM Indonesia mengadakan Workshop Orientasi dan Perencanaan Program bagi anggota Konsil di Sumatera Utara dan Jawa Timur. Workshop yang didukung oleh Ford Foundation ini berfokus pada pengembangan Kemitraan antara LSM yang Akuntabel, Perusahaan, dan Pemerintah dalam program CSR yang berdampak signifikan. Hal ini melihat dari trend saat ini bahwa program-program CSR yang ada sifatnya berbentuk charity dan tidak berdampak signfikan bagi masyarakat khususnya pada pengurangan kemiskinan dan kelestarian lingkungan. Padahal seharusnya CSR dapat berdampak berkelanjutan bagi masyarakat. Maka dari itu program ini dilaksakan oleh Konsil LSM Indonesia.
Program ini dilaksanakan di kedua daerah; yaitu Sumatera Utara dan Jawa Timur sebagai pilot project untuk daerah-daerah lainnya kemudian. Selain itu program ini akan berlansung selama satu tahun setengah, dimulai dari Juni 2016 – Desember 2017. Dalam workshop ini para peserta diberikan berbagai materi dan berdiskusi dari teknis program serta isu-isu yang terkait dengan program ini.
Penyusunan teknis untuk pelaksanaan program di masing-masing daerah dimulai dari penyusunan outcome, output, indikator, kegiatan, sistem monitoring & evaluasi serta timeline kerja. Para peserta juga diberikan sejumlah materi yang dapat menambah ilmu-ilmu mereka agar program ini dapat dilaksanakan dengan baik.
Pertama, peserta mendapatkan materi mengenai DSR (Domestic Support Raising), melalui DSR peserta memahami bagaimana membangun jaringan, melakukan pitching dengan perusahaan dan pemerintah untuk menggalang dukungan yang tidak memaksa. Para peserta juga berdiskusi terkait pembeda antara DSR dan fundraising, dimana dalam DSR tidak hanya dana yang menjadi orientasi. DSR menggalang dukungan yang dapat dilakukan oleh aktor-aktor lokal. Selanjutnya, para peserta workshop juga melakukan diskusi dengan Bapak Agung Pambudhi dari APINDO beliau bercerita bagaimana CSR dari perspektif perusahaan. Sehingga para peserta mengetahui strategi-strategi apa yang dapat dilakukan untuk membangun kemitraan yang baik.
Terakhir, tidak lupa para peserta diingatkan mengenai cross cutting issues yang memang sudah tertera dalam Kode Etik Konsil LSM Indonesia, isu-isu yang menjadi pembahasan adalah, isu gender, isu lingkungan, isu anak-anak, dan isu penyandang disabilitas. Isu-isu ini harus diperhatikan dalam pelaksanaan program ini. Misalnya terkait isu anak, bagaimana memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang bermitra tidak mempekerjakan anak, tidak hanya perusahaannya tetapi juga suppliernya. Selain itu apabila ternyata pada situasi khusus adanya pekerja anak, bagaimana memastikan bahwa hak-hak anak tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Begitu pun dengan isu-isu lainnya yang telah disebutkan.
Secara umum, workshop ini telah membawa peserta satu tahap lebih maju untuk mengembangkan kemitraan dengan perusahaan dan pemerintah, namun tetap dengan ciri ‘khas’ lembaga. Penyusunan kegiatan yang dilakukan sampai tahap evaluasi juga menunjukan komitmen lembaga dalam pelaksanaan program ini di masing-masing daerah. Workshop ini diharapkan dapat membawa manfaat nyata terhadap implementasi program di Sumatera Utara dan Jawa Timur.