JAKARTA, (PRLM).-Perjalanan demokrasi di Indonesia tidak boleh mundur ke belakang. Segala upaya yang ingin menarik mundur demokrasi dan menghilangkan demokrasi tidak hanya pekerjaan rumah masyarakat sipil tetapi semua pihak.
Hal ini dikemukakan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini dalam Konferensi Nasional “Masyarakat Sipil dan Penguatan Demokrasi Pascapemilu 2014” di Kuningan, Jakarta, Selasa (25/11/2014). “Demokrasi perlu kesabaran agar tidak kembali pada sistem yang fasis dan diktator. Kesabaran memelihara demokrasi jadi tantangan sendiri,” katanya.
Tahun 2014, Perludem mencatat Indonesia dikategorikan negara muslim terbesar dengan pemilih lebih dari 180 juta. Titi mengatakan ini menjadi pemilu serentak satu hari terbesar di dunia. Menurutnya, ini modal yang tidak sedikit dan sederhana bagi perjalanan demokrasi di Indonesia.
“Pemilu menyisakan PR (pekerjaan rumah) dan tantangan. Pemilu menjanjikan peluang bagi masyarakat menempatkan orang baik dalam posisi jabatan baik dan menurunkan yang jahat dari jabatannya. Ini tidak kita dapatkan kalau menerapkan fasisme dan sistem diktator,” kata Titi. (Arie C. Meliala/A-107)***