BerandaBerita InternalKeberlanjutan bagi Organisasi Masyarakat Sipil: FOKUS

Keberlanjutan bagi Organisasi Masyarakat Sipil: FOKUS

Konsil LSM Indonesia menghadiri Workshop Pengembangan Konsep Filantropi pada 12-14 Oktober 2016 yang diadakan oleh Komnnas Perempuan. Situasi krisis keberlanjutan lembaga sedang terjadi, dan hal ini menjadi perhatian bagi semua pihak tidak terkecuali Komnas Perempuan sebagai penyelenggara dalam workshop ini. Filantropi bisa menjadi alternatif untuk keberlanjutan organisasi. Karena filantropi berbicara tentang kedermawanan sosial yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk membantu atau dalam hal ini memberdayakan pihak lainnya.

Berdasarkan Survey Gallup “World’s Most Generous Countries” (2016), Indonesia berada dalam peringkat kedua, situasi ini menunjukan peluang yang tinggi untuk mengakses dana filantropi. Pengelolaan dana filantropi dapat dilakukan tidak hanya sebagai donasi tapi untuk pemberdayaan. Konsep pemberdayaan dari dana filantropi ini harus diiringi dengan strategi dari lembaga swadaya masyarakat dalam mengakses dana ini. Dikarenakan meskipun adanya peluang yang besar dalam mengakses dana, Lembaga Swadaya Masyarakat tetap harus melakukan strategi penawaran, apa kekuatan lembaganya yang membuat lembaganya berbeda dan bagaimana publik dapat memberikan dana filantropinya kepada lembaga ini.

Dalam melakukan strategi penawaran, sebagaimana yang dibahas dalam Workshop Pengembangan Konsep Filantropi, hal penting yang harus digarisbawahi adalah mengenai identifikasi potensi lembaga yang dapat dikembangkan. Identifikasi ini harus dilakukan secara detil dan jelas, agar bisa memunculkan nilai-nilai materill maupun non-materiil. Membuat hal-hal yang tidak terlalu bernilai menjadi sangat bernilai.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kerap kali dalam strategi penggalangan dana hanya melakukan berbagai cara untuk bertahan. Padahal ada potensi-potensi, yang bisa dikembangan secara maksimal baik dari lembaga tersebut maupun dilingkungan sekitar lembaga tersebut atau yang kemudian disebut dengan potensi lokal.  Salah satu peserta Workshop menjelaskan bagaimana potensi lokal dapat memunculkan rasa solidaritas yang tinggi dan potensi lokal juga menunjukan pembeda (dalam hal ini kelebihan) organisasi.

Untuk melakukan hal-hal tersebut langkah pertama yang perlu dilakukan adalah fokus. Fokus bahwa keberlanjutan organisasi menjadi isu yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas. Fokus bahwa tergantung pada donor harus segera diatasi dengan menciptakan kemandirian lembaga. Fokus bahwa ada potensi-potensi lokal yang dapat menjadi peluang besar dalam keberlanjutan lembaga.


Konsil LSM Indonesia attended the Philantropy Concept Development Workshop on 12th – 14th October 2016 held by Komnas Perempuan. The critical situation for NGO sustainability are happening, and this is became the concerns for all the parties, without exception for Komnas Perempuan as the organizer in this workshop. Philanthropy is believed can be an alternative way for the sustainability of the NGOs.  Because Philanthopy discuss about the generous things from certain parties to help or in this case to empower other parties.

Based on the Gallup Survey “World Most Generous Countries” (2016), Indonesia is on the 2nd rank, this situation show the high opportunity in accessing philantropic funds. The management of philantropic funds shouldn’t only as a donation but as the empowerment. This empowerment concept has to came along with the NGO’s strategy in accessing this funds. This is because even, the opportunity to access this funds is high, but still the NGO has to do the ‘marketing strategy’, what is the strength of their organisations, how public can empower the beneficiaries of this organisations.

In doing this ‘marketing strategy’ as discussed in the Workshop, the important things that need to be highlight is identification the potency of the organisations that can be expanded. The identification should be done in detailed and clear, so it can shows the values . How to make things that are not too valuable be very valuable.

In the fundraising strategy by the NGO frequently only think how to survive on one or two program not how to being the sustainable NGO. Even though there are potency that can be expanded from the organisations itself, or the environment of the organisations or named as local potency. One of the participants on the Workshop also explained how the local potency can present the sense of solidarity because everyone in the district has a closer relationship with the local potency. This potency also show the difference (or we called it as strength) of the organisations.

In doing all of those things, first step that need to be done is focus. Focus the the sustainability is the issues need to be addressed and has to be the priority of an organisation. Focus that the dependency the donor agency need to be tackle by creating the independency. Focus and Aware, that the local potency is existed and can be a great potency for achieve the sustainable NGO.

Baca Lainnya

Anggota Kami

Yayasan BITRA Indonesia (Bina Keterampilan Pedesaan)

Jl. Bahagia by Pass, No. 11/35, Medan, Sudirejo 1, 20218

Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)

Jl. Pangkalan Jati No. 71 Cinere Depok

Artikel Terkait

Konsil LSM Indonesia Kembali Gelar Rapat 6 Bulanan Bersama KPN dan Dewan Etik

Jakarta, 10 September 2023 - Setelah beberapa tahun absen akibat dampak pandemi, Konsil LSM...

Expert Meeting: Review Laporan Kajian Analisis Penanggulangan HIV AIDS Berbasis RAN HIV AIDS dan PIMS 2020-2024

Konsil LSM Indonesia mengadakan kegiatan Expert Meeting "Review Laporan Kajian Analisis Penanggulangan HIV AIDS...

LSM Seharusnya Tidak Merasa ‘Diikat’ oleh Standar Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban bagi semua organisasi yang bekerja untuk kepentingan publik. Sehingga LSM sebagai...

Kunjungan Global Standard for CSO Accountability

Global Standard for CSO Accountability has met earlier in India at "Stakeholder Meeting on...